Metodologi Penelitian Kualitatif Entrepreneurship: Oleh Yonas Muanley
Tujuan
Setelah mengikuti pembahasan ini mahasiswa mampu merekonstruksi teori-teori entrepreneurship yang memadai secara ekonomis dan rohani (iman Kristen) dan menerapkan semangat entrepreneurship dalam pelayanan kepemimpinan Kristen di gereja, sekolah dan masyarakat (atau mahasiswa mampu menciptakan peluang untuk mengatasi masalah dalam masyarakat)
Pengertian Entrepreneurship
1. Pengertian entrepreneur secara etimologi kata
Secara etimologi, kata entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, dalam bahasa Inggris entrepreneurship, dalam bahasa Belanda Unternehmer sedangkan dalam bahasa Jerman ondernemen, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan kewirausahaan. Secara etimologi, kata entrepeneur berasal dari bahasa Prancis yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil resiko, kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan suatu pekerjaan tertentu), dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya.
2. Pengertian entrepreneurship secara definisi Kamus
Pengertian kata menurut Kamus biasanya bersifat tetap. Artinya tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu tertentu. Dengan begitu, definisi suatu kata dalam Kamus biasanya bersifat statis dan bukan dinamis (selalu berubah). Dalam kamus Miriam Webster, entrepreneur adalah seorang yang mengorganisir, mengelola dan memperhitungkan resiko dari sebuah usaha bisnis. Entrepreneurial (kata sifat), entrepreneurialism (kata benda dari paham), entrepreneurially (kata keterangan), entreprenership (kata benda).
Jadi, jelaslah bahwa pengertian kamus ini bersifat tetap. Artinya dimanapun kamus ini ditemukan dan dibaca oleh siapapun arti kata entrepreneur tetap sama. Sementara dalam penelitian yang dilakukan dalam perguruan tinggi, kata entrepreneur mendapat pengerian yang beragam/selalu terbuka peluang untuk berbeda. Inilah yang dimaksudkan dengan pengertian dinamis. Beberapa pengertian dinamis tentang kata entrapreneur dapat dikemukakan sebagai berikut.
3. Pengertian entrepreneurship secara Konseptual (Hasil Penelitian)
Dalam mengadakan penelitian, para penelitian memiliki peluang untuk mendefinisikan secara konseptual dan operasional atas variabel yang ditelitinya. Hasilnya adalah bahwa setiap peneliti berbeda definisi konseptual terhadap variabel yang diteliti. Maka tidak heran kita mendapati ragam definisi terhadap variabel yang diteliti. Dalam kasus ini yakni “entrepreneur. Para ahli berbeda definisinya tentang entrepreneur. Beragam definisi itu sah-sah saja karena memperkaya ilmu entrepreneur. Keragaman definisi entrepreneur dapat kita perhatikan dalam beberapa definisi berikut ini.
Pertama, entrepreneur adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Menurut definisi ini semua orang adalah entrepreneur/kewirausahaan/wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam menjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya. Bila pengertian entrepreneur dipahami dalam definisi entrepreneur yang menekankan kemandirian maka seharusnya seseorang tidak harus bergantung pada orang lain. Namun faktanya, banyak orang yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan kepada orang lain.
Kedua, menurut Kasmir, entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Ketiga, menurut Richard Cantillon (1775), entrepreneurship (Kewirausahaan) didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.
Keempat, menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35), entrepreneur adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Menurut definisi ini, esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola piker dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan selalu berorientasi kepad pelanggan. Definisi ini bukanlah definisi terakhir, masih banyak lagi definisi tentang entrepreneur. Namun beberapa definisi di atas menegaskan bahwa core dari entrepreneur adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Dengan kata lain inti dari entrepreneur adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya entrepreneur adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.
Apa hakekat penting kewirausahaan dalam beberapa definisi di atas, yakni definisi di atas menegaskan tentang esensi entrepreneur sebagai: suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis. Kelima, entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Entrepreneur atau kewirausahaan adalah suatu proses penerapam kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan.
Kelima, entrepreneurship atau kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan perkembangan usaha. Keenam, entrepreneur atau kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif), dan sesuatu yang berbeda (inovatif) yang bermanfaat member nilai lebih.
Keenam, entrepreneur atau kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan tegnologi baru, meemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baryu untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Ketujuh, entrepreneur atau kewirausahaan adalah sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko. Entrepreneur/Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Ini berarti setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha.
Kedelapan, entrepreneurship adalah suatu usaha yang kreatif, membangun suatu nilai dari yang belum ada menjadi ada, dan bisa dinikmati oleh orang banyak.
Kesembilan, entrepeneurship adalah ilmu pengetahuan (knowledge). Artinya entrepreneur adalah sebuah pengetahuan yang merupakan hasil uji coba di lapangan, dikumpulkan, diteliti dan dirangkai sebagai sumber informasi yang berguna bagi orang lain yang membutuhkannya sehingga entrepenurship dapat dijadikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang bersifat teori ataupun yang bersifat empiris (hasil uji lapangan).
Kesepuluh, entrepeneurship adalah kepribadian atau sikap. Maksudnya kepribadian atau sikap merupakan unsur yang terkandung dalam entrepreneur. Dengan kata lain karakteristik entrepeneur adalah sikap positif, kepribadian yang ulet, pantang menyerah, menjadi contoh bagi yang lain, dan tidak mudah puas diri. Entrepeneurship adalah sebuah filosofi hidup atau landasan hidup dalam meniti karir guna meraih kesuksesan.
Kesebelas, entrepreneur adalah skill atau keterampilan. Artinya entrepeneurship adalah penggabungan dua konsep penting dari pengetahuan dan pengalaman yang dirasakan serta dilakukan melalui jatuh bangun untuk menjadi terampil dan akhirnya menjadi sebuah keahlian dalam menjalankan usaha. Entrepeneur adalah seni (art) artinya entrepeneur menemukan ide, inspirasi dan peluang usaha membutuhkan imajinasi, visualisasi dan pemikiran yang terkadang harus berlawanan dengan logika.
Keduabelas, menurut Ciputra, entrepreneur adalah seorang yang inovatif dan mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya ke dunia nyata. Entrepreneur akan mampu mengubah padang ilalang menjadi kota baru, atau mengubah tempat pembuangan sampah menjadi resor yang indah. Entrepreneur bisa mengubah kawasan kumuh menjadi gedung pencakar langit tempat ribuan orang bekerja dan beraktivitas. Entrepreneur adalah orang yang mampu merubah kotoran dan barang rongsokan menjadi emas.
Ketigabelas, entrepreneur adalah berpikir berbeda untuk menemukan ide-ide brilian. Semua itu membutuhkan kreativitas, inovasi yang benar-benar baru. Entrepeneur adalah profesi. Artinya bahwa setelah lulus sekolah atau kuliah ada opsi-opsi yang dibuat, yaitu mencari kerja (job seeker) atau menciptakan lapangan kerja (entrepeneur). Jika seseorang memilih menjadi pekerja (employee) atau berwirausaha, ia harus bersikap profesional. Oleh karena itu, entrepeneur merupakan sebuah provesi, sebuah pilihan hidup yang harus dilakukan secara profesional (dalam arti jujur, terbuka, berkomitmen, konsisten, tepat janji, tanggung jawab, mengerti batas hak-haknya, mengerti etika profesi dan berdisiplin). Entrepeneurship adalah naluri artinya untuk menjadi entrepeneur sukses membutuhkan naluri untuk menemukan sebuah peluang usaha yang akhirnya menjadi sebuah usaha yang sukses.
Keempatbelas, Muhammad Anwar menjelaskan etimologi entrepreneur dengan beberapa bahasa, salah satunya adalah bahasa Perancis, yaitu dari kata entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko, kontraktor, pengusaha, pencipta yang menjual hasil ciptaannya.
Kelimabelas, menurut Peggy A. Lambing dan Charles R. Kuehl dalam Muhammad Anwar menyatakan entrepreneur adalah suatu usaha yang kreatif yang bernilai dari belum ada menjadi ada dan dapat dinikmati oleh orang banyak.
Keenambelas, Joseph Schumpeter dalam Abdul Jalil merumuskan definisi “entrepreneur adalah seorang innovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru”.
Ketujubelas, seorang entrepreneur adalah seorang innovator. Kemampuan membuat trobosan-trobosan baru, memperkenalkan produk-produk baru, menciptakan usaha/menciptakan peluang kerja dan bukan pencari kerja.
Kedelapanbelas, menurut Karl Vespar dalam J. Winardi menyatakan bahwa “entrepreneur merupakan orang yang mengkombinasi sumber-sumber daya, tenaga kerja, bahan-bahan serta aktiva lainnya, yang menyebabkan nilai mereka lebih besar dibandingkan dengan keadaan mereka sebelumnya, dan ia merupakan orang yang mengintroduksi perubahan, inovasi dan tatanan baru”. Dalam pengertian ini seorang entrepreneur adalah seorang yang memiliki kemampuan dalam hal inovasi, kemampuan membuat terobosan-terobosan baru, tidak bergantung pada yang sudah ada, pencipta peluang atau usaha, pencipta peluang kerja dan bukan pencari kerja, mampu mengambil resiko pribadi atas trobosan-trobosan baru dalam menemukan peluang usaha. Singkatnya Menurut B. Prihatin Dwi Riayanti, entrepreneur adalah orang yang mampu menciptakan kerja bagi orang lain.
Entrepreneur tidak hanya sebatas pada perusahan tetapi entrepreneur dapat dilakukan (diwujudkan) melalui berbagai profesi seperti entrepreneur dalam bidang pendidikan, kedokteran, arsitektur, pekerjaan social, distribusi dan lain-lain. Penegasan ini memperjelas pemaham tentang entrepreneur dalam satu bidang tertentu. Dengan demikian di setiap bidang kehidupan manusia dapat dikembangkan kemampuan entrepreneur.
Dalam setiap bidang kehidupan manusia baik bersifat umum maupun keagamaan, setiap orang memiliki kemampuan dalam entrepreneur. Kemampuan entrepreneur yang dimaksud adalah kemampuan kreatif dan inovatif. Kreatif yaitu kemampuan untuk berpikir yang baru dan berbeda. Dalam hal ini kreativitas dalam konteks pembahasan entrepreneur adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada. Pengertian kreatif juga meliputi hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru. Kratif diartikan pula dengan kemampuan menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik. Jadi, rahasia entrepreneur/kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan nilai tambah barang dan jasa dengan cara menerapkan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan mearih peluang yang dihadapi setiap hari. Kreativitas sebagaimana dijelaskan di atas akan nampak dalam diri seseorang apabila seseorang memiliki inisiatif. Berinisatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah itu melahirkan inovasi. Jadi entrepreneur adalah berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Sedangkan inovatif yaitu inovatif adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan . Kreatif dan inovatif menjadi dasar bertindak dan daya penggerak untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Inti dari entrepreneur adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya entrepreneur adalah sifat, cirri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif. Entrepreneur atau wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya.
Pembahasan tentang entrepreneur demikian penting sehingga mantan Presiden R.I Susilo Bambang Yudoyono dalam pidatonya menyatakan, jiwa entrepreneur/kewirausahaan sangat penting dan harus dipupuk sejak kecil. Hal ini menguntungkan anak karena kelak setelah menyelesaikan pendidikan, anak tidak sekadar menjadi pencari kerja tetapi menjadi pencipta lapangan kerja.
Jadi, entrepeneur yang sukses pasti mempunyai naluri yang kuat tentang bagaimana menemukan inspirasi, ide, dan peluang-peluang baru. Dalam entrepeneur seorang akan sukses bila memiliki mimpi atau cita-cita. Oleh karena itu entreneurship adalah mimpi seseorang. Artinya menjadi entrepeneur juga dipahami sebagai mimpi seseorang bahkan cita-cita yang terpendam sejak ia masih remaja atau dewasa. Bill Gates bermimpi ingin mendapatkan uang atau penghasilan sati juta dollar diusia 25 tahun. Mimpi itu benar-benar terwujud setelah ia memilih menjadi wirausaha sebagai pilihan hidup. Jadi entrepeneurship adalah pilihan hidup seseorang. Tujuan hidup seseorang adalah mampu menghidupi keluarganya dengan menjadi karyawan (pekerja) atau menjadi pengusaha (wirausahawan), sehingga tidak salah jika orang memilih menjadi wirausaha sebagai pilihan hidup.
Kata entrepreneur yang berubah menjadi entrepreneurship yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan kata wirausaha. Wirausaha artinya gagah berani, perkasa dalam usaha. Kata entrepreneurship (kewirausahaan) dalam perspektif ekonomi dapat diartikan sebagai seorang yang mampu memulai dan atau menjalankan usaha secara gagah berani. Perubahan kata entrepreneur menjadi entrepreneurship menyiratkan makna sifat dalam kewirausahaan. Salah satu definisi tentang entrepreneurship dapat diamati dalam definisi Robert C. Ronstadt yang dikutip oleh Abdul Jalil sebagai berikut,
”... entrepreneurship adalah sebuah proses dinamika orang menciptakan kekayaan inkremental. Kekayaan tersebut diciptakan oleh individu-individu yang menanggung resiko utama, dalam wujud resiko modal, waktu dan atau komitmen karier dalam hal menyediakan nilai untuk produk atau jasa tertentu. Produk atau jasa tersebut mungkin tidak baru, atau bersifat unik, tetapi tetap nilai harus diciptakan oleh sang entrepreneur melalui upaya mencapai dan mengalokasikan ketrampilan-ketrampilan serta sumber-sumber daya yang diperlukan.”
Berdasarkan refrensi berbagai sumber tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kata ”entrepreur atau enterpreneur yang berubah menjadi entrepreneurship atau enterpreneurship dimaknai dalam perspektif ekonomi. Artinya beragam pengertian tentang pengertian kata ”entrepreneur-entrepreneurship atau enterpreneur-enterpreneurship tersebut diatas baru dipahami dalam pengertian ekonomi. Dengan demikian maka kata entrepreneur/entrepreneurship dapat dimaknai juga dalam pengertian religius (agama). Salah satunya yakni kepemimpinan entrepreneur Kristen.
Refleksi Teologis Entrepreneurship
Refleksi teologis tentang pengertian entrepreneurship yang menekankan pada aspek “kreativitas” dan “inovasi” sebagai solusi mengatasi masalah dalam kehidupan manusia. Dalam refleksi teologis Kristen, entrepreneur Kristen diartikan kreativitas dan inovasi yang dimotovasi oleh kasih dan disediakan khusus untuk melayani sesama dalam mengatasi masalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Artinya entrepreneur tidak dapat dipisahkan dari kesaksian Alkitab. Akan tetapi Alkitab bukan kitab khusus tentang entrepreneur, melainkan firman Allah. Firman Allah adalah benar, oleh karena benar maka gagasan tentang entrepreneur ada dalam Alkitab. Kata entrepreneur tidak akan ditemukan dalam Alkitab tetapi ide dan praktik tentang entrepreneur disaksikan dalam Alkitab. Alkitab tidak memakai kata entrepreneur, Alkitab memakai kata ‘segambar dan serupa’. Oleh karena manusia dicipta segambar dan serupa dengan Tuhan, maka ada pada manusia kemampuan kreatifitas dan inovatif. Narasi teks Kejadian 1:27, dan 2:15 menegaskan potensi entrepreneur dan perwujudan entrepreneur dalam diri manusia. Tuhan menempatkan manusia di taman Eden untuk kreatifitas dan inovasi, perhatikan kata: pelihara dan usahakan dalam Kejadian 2:15.
Menurut Brian Baugus, “entrepreneurship is a creative act made possible by the creative impulse that God gave us. In addition, it requires certain personal traits that God desires us to have”. Artinya, kewirausahaan adalah tindakan kreatif dimungkinkan oleh dorongan kreatif yang diberikan Allah kepada manusia/orang percaya. Selain itu, memerlukan sifat-sifat pribadi tertentu bahwa Allah menginginkan orang percaya untuk memilikinya.
Brian Baugus, melanjutkan pendapatnya dengan menyatakan:
Scripture contains several cases of entrepreneurship, but we must first make sure that we are using the proper definition of the word. Entrepreneurship is a creative act that brings higher levels of satisfaction to people, results in more order, and finds ways to create greater value than existed before.
Artinya, Alkitab berisi beberapa kasus kewirausahaan, tapi pertama-tama kita harus memastikan bahwa kita menggunakan definisi yang tepat dari kata. Kewirausahaan adalah tindakan kreatif yang membawa tingkat kepuasan kepada orang-orang, menghasilkan lebih ketertiban, dan menemukan cara untuk menciptakan nilai lebih besar dari yang ada sebelumnya.
Tomatala memakai istilah entrepreneur rohani untuk membedakan dengan entrepreneur umum. Entrepreneur rohani dalam konteks pembahasan Tomatala dalam bukunya yang berjudul Spiritual Entrepreneurship Anda juga bisa menjadi entrepreneur rohani tidak lain adalah entrepreneur Kristen. Selain itu Abdul Jalil dalam bukunya berjudul Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas kewirausahaan menghubungkan dengan perspektif Islam terhadap entrepreneurship. Abdul Jalil tidak membahas pengertian entrepreneurship dalam perspektif agama lain tetapi hanya menyebutkan perspektif Islam. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa Jalil memakai kata entrepreneurship dan diberi makna rohani dalam perspektif Islam. Namun dalam pembahasan ini tidak dikemukakan pengertian enterpreneurship dalam perspektif Islam. Point yang hendak ditegaskan disini yakni bahwa pengertian entrepreneur tidak hanya dibatasi dalam bidang ekonomi (bisnis, wirausahan yang berorientasi pada bisnis, pengusaha di perusahaan) tetapi kata entrepreneur dapat diberi arti rohani atau dalam perspektif agama seperti Agama Kristen (entrepreneur Kristen).
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa entrepreneur tidak dimaknai dalam pengertian yang terbatas tetapi dalam pengertian yang luas. Tomatala menyatakan bahwa istilah entrepreneur tidak hanya dihubungkan pada kewirausahaan yang berorientasi pada pekerjaan bisnis tetapi istilah entrepreneur memiliki cakupan makna untuk penerapan yang lebih luas pada bidang-bidang lainnya. Salah satunya yakni penerapannya pada bidang rohani atau penerapannya pada Agama Kristen
Menurut Tomatala, entrepreneur rohani (Kristen) adalah orang yang memiliki hubungan unik dengan Tuhan sebagai dasar kekuatan dan integritasnya dalam berusaha. Entrepreneur rohani (Kristen) adalah penyalur berkat Tuhan kepada orang lain yang ada disekitarnya.
Menurut Tomatala, makna kata entrepreneurship menunjuk kepada kadar kemandirian tinggi, yang olehnya ada pikiran, keberanian untuk bertindak melaksanakan sesuatu secara mandiri dengan menggunakan cara unik sehingga mendatangkan sukses, keberhasilan atau keberuntungan.” Berdasarkan definisi ini, Tomatala mengarahkan penekanan pada kemandirian yang menjadi salah satu ciri entrepreneurship. Berdasarkan fokus tersebut, Tomatala mengidentifikasi karakteristik seorang entrepreneurship sebagai berikut:
a. Seorang entrepreneur memiliki kemandirian dalam berpikir unggul yaitu kemampuan berpikir tinggi untuk mengubah sesuatu menjadi peluang untuk sukses atau melalui kemampuan berpikir tinggi, seorang entrepreneurship selalu berupaya untuk menangkap peluang, mencipta dan mencari kesempatan dalam segala sesuatu.
b. Seorang entrepreneursip memiliki kemandirian dalam keberanian dalam mengambil keputusan dan berani menanggung resiko yang mungkin timbul atas keputusannya.
c. Seorang entrepreneur memiliki kemandirian dalam kepiawaian merekayasa cara unggul untuk menangkap peluang usaha.
Berdasarkan pemahaman sebagaimana yang dimaksud di atas, maka seorang entrepreneur memiliki karakteristik kemampuan berpikir unggul, bersikap berani, dan bertindak dengan cara unggul dalam menanganai suatu upaya atau usaha mandiri (dalam berbagai bentuk) yang menyebabkan ia berhasil.
Jadi, entrepreneur Kristen adalah kemampuan berpikir secara kreatif dan inovatif yaitu mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya ke dunia nyata atas (inovatif) kelompok Kristen yang dipimpinya. Seorang entrepreneur Kristen adalah seorang yang dalam kepemimpinannya mampu mengubah padang ilalang menjadi kota baru, atau mengubah tempat pembuangan sampah menjadi resort yang indah. Entrepreneur Kristen bisa mengubah sebuah peluang menjadi tempat dimana orang lain bekerja dan beraktivitas. Entrepreneur Kristen adalah orang yang mampu merubah kotoran dan barang rongsokan menjadi emas bagi anggota gereja yang dipimpinnya. Entrepreneur Kristen dicirikan dengan kemampuan inovatif dan kreatif dalam memimpin. Entrepreneur Kristen adalah kepemimpinan yang mampu mempersiapkan bawahan yang dipimpin untuk bekerja secara kreatif dan dan inovatif dalam bekerja di tempat kerja dan mampu memimpin untuk menciptakan lapangan kerja yang berguna bagi anggota jemaat mendapatkan tempat kerja yang memungkinkan mendapat kesuksesan dalam keuangan, pengembangan gereja (perintisan gereja).
Entrepreneur Kristen yang memiliki jiwa entrepreneur adalah kemampuan atau mental memimpin secara kreatif dan inovatif. Mampu memimpin anggota jemaat untuk menerapkan inovatif dan kreatif di tempat kerja tetapi juga mampu menciptakan peluang kerja yang akan berguna bagi orang lain. Dengan kata lain mempersiapkan anggota gereja agar tidak memiliki mental mencari kerja tetapi menemukan atau menciptakan kerja. Bukan mencari tetapi menciptakan peluang kerja. Bukan statis bekerja di tempat kerja tetapi mengembangkan semangat kerja secara kreatif dan inovatif, sementara bagi anggota jemaat sesuai kemampuannnya dipimpin untuk mewujudkan kemandirian menciptakan peluang kerja sehingga berguna bagi orang lain.
Tegasnya karena konteks yang dihadapi yakni sedikitnya lapangan kerja yang tersedia sementara tenaga kerja sangat banyak maka pemimpin entrepreneur Kristen memimpin warga gereja untuk memiliki dan mewujudkan mental menciptakan peluang kerja. Pemimpin yang tidak menumpuk di gereja tetapi pemimpin yang mampu merintis gereja lokal. Pemimpin yang tidak hanya melamar di gereja yang sudah ada tetapi pemimpin yang mampu memualai jemaat baru di tempat baru. Kepemimpinan entrepreneur Kristen adalah inovatif dan kreatif dalam berkhotbah dan bukan pelagiat khotbah (mengkopi paste) kotbah pendeta lain untuk disampaikan kepada jemaat. Kepemimpinan entrepreneur Kristen adalah kepemimpinan yang terbuka terhadap bantuan (dukungan) sebagaimana Paulus mendapat bantuan dana dari perempuan kaya pada zamannya tetapi berani memberdayakan kemampuan yaitu membuat tenda untuk keperluannya demi eksistensi pelayanan yang dipercayakan Tuhan. Kepemimpinan Entrepreneur Kristen bukan pemimpin yang bergantung eksistensi pelayanannya pada pendapatan bulanan dari organisasi tetapi mampu berinovasi dan berkreasi mendapatkan pendapatan demi kelancaran pelayanan melalui kemampuan yang ada padanya seperti Paulus sang entrepreneur dalam misi Kristus. Paulus giat melaksanakan pekabaran Injil yang membutuhkan sokongan dana dari pihak lain yang menaruh perhatian pada misi Kristus tetapi Paulus juga secara alamiah memberdayakan kemampuan membuat tenda. Hasilnya yakni Paulus tetap mempertahankan eksistensi pelayanan sampai akhir hidupnya. Entrepreneur Kristen adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah pencapaian suatu tujuan tertentu berdasarkan nilai-nilai Kristiani. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani.
Entrepreneur menjadi ilmu mandiri yang memfokuskan pada upaya menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan kreativitas dan inovasi dalam diri manusia. Dengan kata lian, dalam teori umum, entrepreneur telah menjadi bidang kajian yang mendapat perhatian luas. Pusat perhatian ini disebabkan karena factor kesulitan lapangan kerja yang raltif terbatas. Sementara lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi semakin banyak. Memahami kenyataan ini maka usaha membahas dan mempraktekkan entrepreneur menjadi bagian yang urgen.
Dalam konteks iman Kristen, firman Allah dalam Alkitab menjadi dasar teologis entrepreneur Kristen. Oleh karena firman Allah menjadi norma bagi kepemimpinan entrepreneur Kristen maka perlu dicari dasar-dasar Alkitabiah tentang entrepreneur. Inti dari entrepreneur adalah kemampuan mengubah masalah menjadi peluang kesuksesan melalui kreativitas dan inovasi.
Secara teologis dapat dipahami bahwa entrepreneur merupakan salah satu usaha yang dikehendaki Tuhan dan itu diketahui melalui Alkitab maka orang Kristen atau anggota jemaat perlu didorong untuk mengembangkan potensi kreativitas dan inovasinya dalam mengubah berbagai kesulitan yang dihadapi untuk menjadi peluang. Jemaat tidak hanya memiliki kemampuan mempersembahkan persembahan tetapi jemaat dapat diberdayakan kemampuan entrepreneur. Dorongan entrepreneur seperti ini perlu dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Kristen, khususnya pemimpin gereja di mana seorang gembala melayani. Para pemimpin jemaat tidak hanya terbatas pada persembahan jemaat tetapi bagaimana menolong jemaat dengan kewirausahaan.
Ada banyak jenis entrepreneur yang dilakukan oleh anggota jemaat. Untuk maksud inilah maka diperlukan seorang pemimpin yang memimpin jemaat dengan gaya kepemimpinan entrepreneur Kristen. Entrepreneur Kristen didasarkan pada pemahaman teologis bahwa Allah adalah entrepreneur utama dan pertama. Demikian juga Yesus Kristus telah melakukan entrepreneur (kristopreneur) untuk keselamatan manusia. Jadi ada theopreneurship (Kej. 1), dan Christopreneurship (Injil).
Entrepreneurship Kristen atau kewirausahaan Kristen adalah tindakan kreatif dimungkinkan oleh dorongan kreatif yang diberikan Allah kepada setiap orang percaya. Di dalam Alkitab terdapat banyak contoh tentang entrepreneur (kewirausahaan) tetapi Alkitab berisi beberapa kasus kewirausahaan, tetapi perlu dipahami bahwa perlu merumuskan suatu definisi yang tepat tentang kata kewirausahaan. Kewirausahaan adalah tindakan kreatif yang membawa tingkat kepuasan kepada orang-orang, menghasilkan lebih ketertiban, dan menemukan cara untuk menciptakan nilai lebih besar dari yang ada sebelumnya.
Kemampuan entrepreneur sebagaimana yang dipaparkan dalam teori umum sebenarnya sudah ada dalam Alkitab. Dalam mandate Tuhan kepada Adam dan Hawa yaitu memelihara dan mengusahakan taman di mana manusia di tempatkan. Kemampuan untuk secara kreatif dan inovatif tersebut dapat terwujud dalam diri manusia karena manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Hal ini menegaskan bahwa setiap manusia sejak lahir sudah memiliki kemampuan entrepreneur.
Alkitab bukanlah kitab entrepreneurship tetapi Alkitab adalah firman Allah yang juga menyaksikan tentang salah satu tugas manusia yaitu entrepreneur. Di dalam Alkitab terdapat beberapa contoh tentang pelaku entreprenurship seperti Abraham yang sangat kaya, ia memiliki banyak ternak, emas dan perak. Bahkan melalui entrepreneur Abraham semua orang diberkati. Contoh lain dalam Perjanjian Lama adalah Raja Salomo yang terlibat dalam perdagangan, ia menjadi satu-satunya raja Yahudi untuk sepenuhnya memanfaatkan keuntungan yang diberikan oleh rute-rute perdagangan pada saat itu (bnd. I Raja-raja 5, 9). . Sebaliknya, anak Salomo, memilih penasihat miskin dan membuat keputusan yang buruk (I Raja-raja 12).
Di dalam Perjanjian Baru dikemukakan beberapa contoh entrepreneurship yang dapat dipahami dalam diri Lydia dari Thyratira. Lydia adalah seorang entrepreneur kain ungu di Thyratira. Beberapa rasul juga melaksanakan entrepreneur yaitu menjalankan bisnis perikanan, dan pengumpulan pajak seperti rasul Matius. Entrepreneur Paulus adalah membuat tenda, Sedangkan Lukas melakukan entrepreneur melalui praktek ilmu kedokteran. Selain itu tindakan entrepreneur juga dapat dihubungkan dengan penanaman gereja seperti yang dilakukan oleh Paulus, Barnabas, Timotius, Silas, dan banyak lainnya. Jadi, penanaman gereja juga adalah tindakan kewirausahaan. Jadi, entrepreneur Kristen ditandai oleh iman, visi, ketekunan, dan kemauan untuk berdiri kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dalam mewujudkan enrtepreneurship.
Memahami akan uraian di atas maka Kepemimpinan Entrepreneur Kristen adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup atas kelompok Kristen yang dipimpin oleh seorang pemimpin dengan gaya entrepreneurship Kristen yang mempengaruhi anggotanya untuk memiliki sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif berdasarkan nilai Kristiani yang berdasarkan pada Alkitab yang adalah firman Allah. Seorang entrepreneurship Kristen adalah mereka yang mampu menggerakan anggota gereja atau kelompok Kristen yang dipimpinnya untuk bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya.
Mengenali Potensi Entrepreneurship dalam diri setiap orang
Frasa potensi dalam sub judul di atas dipakai dalam pengertian ada tidaknya jiwa entrepreneur dalam diri setiap orang Kristen, khususnya anggota jemaat. Bila tidak ada potensi atau kemampuan entrepreneur dalam diri orang Kristen maka kepemimpinan entrepreneurship Kristen yang akan dibahas tidak akan berguna, akan tetapi bila ada potensi entrepreneur dalam diri setiap orang Kristen maka sangat relevan untuk meneliti tentang kepemimpinan entrepreneur Kristen.
Maksud yang terkandung dalam alinea di atas menegaskan bahwa pembahasan tentang entrepreneur menjadi demikian relevan. Untuk itu perlu landasan argumentasi untuk membuktikan bahwa ada potensi entrepreneur dalam diri setiap orang Kristen, khususnya warga jemaat. Dasar argumentasi bahwa setiap orang, khususnya orang Kristen pada prinsipnya memiliki potensi entrepreneur yang didasarkan pada dasar teologis bahwa manusia adalah imagodei-Nya. Oleh karena itu ada dalam diri manusia inovasi dan kreativitas.
Mohon tidak dikopi paste untuk dijadikan sebagai artikel dalam jurnal ilmiah. Saya katakan demikian karena ada juga yang mengambil artikel saya di bahan Liturgika-Pertemuan Ter-Agung dan menjadikan artikel saya menjadi tulisannya dalam sebuah jurnal. Saya sudah menghubungi yang bersangkutan tetapi jawabannya tidak memuaskan.
Salam
Yonas Muanley